A Little Awareness

Sebagai seorang anak yang menempuh pendidikan di kota lain, berkumpul bersama seluruh anggota keluarga merupakan satu hal yang mewah. Selama ini, aku hanya menyempatkan sekali waktu dalam sebulan untuk mengunjungi kota tempat tinggalku. Seringkali kesempatan itu ku gunakan untuk urusan pekerjaan, bukan untuk berlibur bersama keluarga di rumah. Jatah berlibur di rumah pastinya tidak pernah lama, hanya satu atau dua hari. Jika tidak dihabiskan dengan berenang bersama ade, maka aku akan berada di rumah seharian. Apabila sudah nonton tv sembari merebahkan tubuh di sofa ’butut’, aku akan malas kemana-mana bahkan untuk sekedar mengunjungi tetangga dan teman-teman lama.

Suatu sore di tiga minggu lalu. Setelah selesai ku puaskan tidur di sepanjang siang, kami berkumpul di teras rumah terkecuali papa yang sibuk mengutak-atik mobil di garasi. Aku ditugaskan untuk mencabuti uban mama sementara ade sedang berusaha menyelesaikan kerajinan kruissteek. Tiba-tiba, ade berkata padaku, ”Teh, beliin ade celana ya!. Itung-itung kado ulang taun, kan teteh blom ngasih kado ke ade.” Ia tersenyum lalu melanjutkan membuat kerajinan.

Ada haru yang terbit di dada. Aku hampir tidak pernah absen memberi kado ketika sahabat-sahabatku berulang-tahun tapi aku hampir melupakan sesuatu yang penting; kado untuk ade kecilku. Baru saja ku berencana untuk menghadiahi ii sepasang sepatu meskipun bukan di momen ulang-tahun. Belum lama juga, ku hadiahkan sebuah buku Cinta Bukan Cokelat kepada seorang sahabatku. Ku ingat-ingat lagi kapan terakhir kali aku menghadiahi adikku sebuah kado. Aku tak berhasil mengingatnya; aku lupa.

Di keluargaku memang tidak diajarkan untuk saling memberi kado ketika hari ulang-tahun tiba. Biasanya ketika salah satu anggota keluarga berulang-tahun, kami mensyukurinya dengan makan bersama di Warung Soto langganan kami dan untuk itu, aku pasti menyempatkan hadir tanpa dipaksa. Selanjutnya, kami akan lalui malam pergantian usia tanpa kue tart dan lilin merah tapi dengan doa dan kecup sayang dari anggota keluarga lainnya. Tapi di balik semua itu, ku tahu ade pasti mengharapkan sebuah kado yang bisa ia simpan sebagai penanda hari jadi. Ku lalui hari itu dengan tak habis berpikir; mengapa satu hal penting bisa luput dari ingatanku.

Esoknya, sebuah kejutan menungguku di luar. Hanya beberapa meter setelah melangkahkan kaki dari pintu rumah, ku lihat mama sedang menggendong seorang bayi. Bayi itu menangis hebat dan dan tak kunjung diam walau mama sudah menimangnya. Ku hampiri mama dengan rasa heran yang sungguhan. Aku bertanya, ”Orok saha?.” Mama dengan ringan menjawab, ”Ieu mah orokna Kiki, baru diimunisasi.” Ternyata bayi perempuan itu adalah anak kakak sepupuku yang baru saja diimunisasi DPT. Bayi itu berumur hampir tiga bulan tapi aku baru melihatnya untuk pertama kali. Aku mengingat-ingat kemana saja aku selama tiga bulan ini sampai aku tidak sempat menjenguk anggota keluarga baru dalam keluarga besarku ini.

Ingatanku sampai di sebuah malam saat aku pulang larut setelah bekerja. Ku rasakan lelah dan kantuk mendera tubuh yang basah diguyur hujan. Ketika baru beranjak merebahkan diri di tempat tidur, sebuah pesan ku terima; pemberitahuan bahwa kakak sepupuku telah melahirkan seorang bayi. Karena terlalu lelah, tak ku indahkan pesan itu dan berlalu dalam lelap. Esoknya aku kembali disibukkan dengan padat kegiatan hingga akhirnya terlupa untuk sekedar menyampaikan ucapan selamat hingga hari ini.

Bayi itu begitu cantik dan menatapku tajam. Tiba-tiba aku didaulat untuk menggendongnya. Kurasakan kedua tangan ini begitu kaku ketika bayi itu mulai dipindahkan ke dalam dekapanku. Aku baru menepuk-nepuk pelan tubuhnya ketika tangisannya mulai bertambah keras. Akhirnya ku kembalikan bayi itu ke dalam gendongan mama. Mungkin dia tidak nyaman dalam dekapanku yang kaku. Wajarlah, selama ini aku tidak punya pengalaman bersentuhan dengan bayi.

Kini bayi itu sudah melewati usia tiga bulan dan masih sering diasuh oleh mama. Di rumah, bayi itu sering dijadikan mainan hidup sekaligus objek foto oleh ade, duh.. kurang kerjaan. Ade sendiri baru selesai berkutat dengan soal-soal ujian akhir nasional. Satu bulan lalu, ia mengikuti test masuk Sekolah Bertandar Internasional (SBI) dan hasilnya sangat memuaskan. Clever girl, my sister. Sebagai kompensasi dari kerja kerasnya, aku harus mengirimkan kado tambahan yang ade minta. Tak apalah. Untuk ade, akan ku kuras habis tabunganku bulan lalu.

Selama beberapa minggu ke belakang, setiap kali aku merenungkan semua ini, maka tanganku selalu refleks meraih ponsel. Speed dial no 1: Rumah. Aku tak mau menunggu lagi hanya untuk berucap ’Apa Kabar?’. Sebuah kesadaran kecil menyentuh nuraniku. Selama ini, obsesi pribadi begitu menenggelamkanku dalam padat aktivitas sehingga membuatku jauh dari keluargaku. Ku sadari ada yang lebih penting dari menjadi dewasa dan berpenghasilan sendiri yaitu tetap menjadi bagian dari keluarga; sebuah tempat dimana aku kembali, sebuah alasan eksistensiku hidup di dunia ini.

Di halaman belakang rumah,
03 Mei 2009.

8 komentar:

Anonim mengatakan...

Selayaknya sebagai manusia banyak hal yg dilakukan.. hingga larut didalamnya, namun semua itu menjadi sebuah hal yg sangat manusiawi, krn semua manusia mengalaminya.., ketika kita melakukan sesuatu.., kita menjadi lupa akan sesuatu hal yg kecil namun teramat sangat penting..

[dRa Soetarsa]

Margareta mengatakan...

Hi Dessy!
Senang baca blogmu. Bahasanya indah, enak dibaca, kayaknya sudah punya gaya yang klop nih!  Apa Dessy sudah dapat invitation untuk buat blog di beswan juga? Kalau sudah, copy paste beberapa tulisannya ya, nanti biar kita bisa bahas sama-sama dan temen-temen yang lain juga ikut lihat. Ok?

Unknown mengatakan...

Wssttts...hebat2x.bener2 hebat.menurut sy,dsy punya talenta dan bakat yg luar biasa menjadi seorang penulis.Gaya bhsnya menurutku udh cukup baik dan indah,jg enk dibaca..tinggal minta diajuin aj ke Djarum, sok cobain!!!!

Unknown mengatakan...

d Djarum kan juga ad Buletin, nah udah coba masukin buletin ke Djarum...

Daisy Grenita mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Daisy Grenita mengatakan...

Kang Eka, mohon bimbingan dan kritikannya selalu. Saya akan coba ajukan artikel untuk dimuat di Bulletin.

Anonim mengatakan...

Roma dunkers

duh keren eung blog nya,,,,,, sayang jaringan blog km kurang diperluas,,,,,gw bilang gitu bukan tuk menjatuhkan semangat MU, tp memacu kamu tuk lebih succes,,,,, caiyo terus TEMAN,,,,,,,,,
hanya DOA yang bisa gw berikan, semoga blog MU eksis...

Anonim mengatakan...

abo80_scorpio

Waduh ternyata ada sisi pelupanya jg ya, tp hal itu memang benar sangat manusiawi tp jgn keseringan aja kli ya heehehe....

Sebagai kaka yg baik, permintaan adik tercinta itu dapat terealisasikan meski telat dan mungkin itu adalah kado yg paling istimewa bagi dia...

Satu hal dari blog mu ini adalah Thats GOOD....
Smangad smangad,,,kembangkan trs talenta mu ini....
Hanya doa yg bisa ku panjatkan smoga sukses....

Posting Komentar