Sebuah Cerita Berjudul Reinara Selina

Pagi yang biasa. Duduk di depan komputer. Tanpa mandi. Tanpa sarapan. Tanpa seorang teman pun. Hanya alunan lagu Take A Bow dari Rihanna yang memenuhi gendang telinga. Segalanya bergulir seperti biasa.

Setelah hampir dua jam mencoba menyelesaikan tugas kuliah, kejenuhan menyergap. Iseng-iseng, ku buka beberapa folder yang berisi tulisan – tulisanku terdahulu. Tiba – tiba mataku tertumpu pada satu file yang bernama Reinara Selina. Ingatanku terpaut pada satu hari di enam bulan lalu. Dikala tanpa aba – aba, ia menghampiriku. Sebuah inspirasi yang tak pernah ku tahu bagaimana bisa sampai ke benakku. Sebuah nama yang membanjiri imaji tanpa pernah ku kenal sebelumnya.

Reinara Selina. Nama itu terus terekam di pikiranku sampai berhari – hari berikutnya. Membuatku merasa gundah karena tidak pernah berusaha mengindahkannya. Sampai di suatu malam, emosi dari inspirasi itu datang lagi. Memaksaku meniadakan jam tidur untuk duduk di depan komputer dan menulis. Setelah melewati beberapa malam panjang yang menguras energi, inspirasi itu merasakan sensasi hidup. Tertuang dalam sebuah cerita pendek yang ku beri judul Reinara Selina ; sebuah nama yang bagiku adalah ruh dari inspirasi itu.

Kini, perlahan – lahan ku baca lagi beberapa bait pertama dari cerita pendek itu.

”Adakah harimu indah?. Tenggelam dalam padat dan bising yang khas aroma kota. Mungkin telah habis dunia kita yang penuh canda. Saat dimana aku dan engkau pernah bahagia. Masihkah kau ingat tentang kita yang terbakar mentari Kuta dan dibungkus hasrat yang menyala – nyala?. Kita berlarian mengejar arakan awan di pantai berbalut hangat lembayung Bali. Terbaring di pasir senja. Angin laut dan ombak pasang terasa begitu ramah menyapa. Kau tertawa, aku pun tertawa. Kita muda dan bahagia. Saat itu ku temukan riang di wajahmu yang bersisian indah dengan mentari di penghabisan siang.

Hingga badai porak – porandakan sisa hari. Hujan menghitamkan malam. Temaramnya wangi bunga dan pepohonan tak lagi bisa kita rasakan. Dingin merasuk di tubuhmu yang diapit dua belah tangan. Perapian mati. Kita berbagi cahaya redup dari sebuah lilin putih. Bersama memunguti jejak malam ditemani suara Burung Hantu dan belasan batang rokok yang tak lama berubah jadi abu. Hangat nafasmu terasa dan diammu tak henti berkata, berceloteh. Kita kenang manis keberhasilan dan kegagalan hidup untuk nanti disimpan lebih erat dalam benak. Sampai di penghabisan gelap, ku lihat air menguap dari jelaga matamu. Keadaan memaksa raga kita untuk saling menjauh. Tangismu hadir diiringi gerimis yang jatuh. Adakah kau lihat jua tangis di mataku?. Embun menghiasi dinding fajar. Pagi merenggutmu dariku.

Baru sekarang ku tahu, rindu bisa begitu membuat helaan nafas terasa sakit. Rindu akan perasaan lembut yang menggerayangi teras hati. Kehadirannya memaknai riang dan luka yang terjalani. Tetap ku rangkum harummu bersama pijar yang tak kunjung lekang. Menantimu berdamai dengan ego. Tapi kini hadirmu seakan sirna bagai petir yang mati di terik mentari Bulan Juli.

Aku mengenangmu dalam buih di air dan tapak kaki yang kita jejakkan di Pantai Kuta. Akan selalu ku ingat wangi rambutmu yang basah, ombak yang terhempas di tepian, rakit yang melaju, kaki kita yang terbenam di pasir dan suatu tempat di Denpasar dimana kita tak sengaja bertemu.”

***


Melalui cerita ini, ku rasakan sensasi mengenal seorang Reinara Selina. Sosok yang datang melalui pertemuan aneh yang masih menyisakan tanda tanya di hati. Seseorang yang hadir beserta keindahan alam Bali ; kota seribu candi yang bahkan tak pernah ku sambangi. Ajaibnya, dalam proses menulis cerita ini bisa dengan utuh ku rasakan hangat mentari Kuta atau indahnya rembulan di langit Denpasar.

Reinara Selina. Ia akan selalu ada menyesaki udara yang ku hirup. Hadir ditemani sejurus kenangan indah yang tertinggal. Tanpa perlu ku melihat, ia menari bersama ombak di pelupuk mataku. Tanpa perlu ku mendengar, ia bicara dalam kelembutan bahasa yang dimengerti hati. Mungkin tak kan pernah ku lihat ia dalam pesona ragawi tapi berkenalan serta berbagi pengalaman dengannya adalah kesempatan megah yang membuatku merasa cukup.

Daisy

0 komentar:

Posting Komentar